AHOK
alias Basuki Tjahaja
Purnama, menurutku adalah tokoh pengubah dan politisi penulis. Namanya, selama
proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta
sangat popular di media dan warga Jakarta. Nama Ahok kian melejit setelah
bersama soulmatenya Joko Widodo, berhasil
menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI pertama yang berasal dari luar Jakarta
untuk periode 2013-2018. Apa, bagaimana, dan seperti apa sosok Ahok tersebut? Tulisan
ini disarikan dari berbagai sumber, melengkapi tulisan sebelumnya Ahok, Tokoh Pengubah dan Politisi Penulis.
Ahok adalah putra
pertama dari Alm. Indra Tjahaja Purnama (Zhong
Kim Nam) dan Buniarti Ningsing (Bun
Nen Caw). Ia memiliki tiga orang adik. Pertama yaitu Basuri Tjahaja
Purnama, seorang dokter dan sekarang menjabat Bupati di
Kabupaten Belitung Timur periode 2010-2015. Lalu, Fifi Lety, seorang praktisi hukum, dan Harry
Basuki, seorang praktisi dan konsultan bidang pariwisata dan
perhotelan.
Keluarga Ahok alias
Basuki, adalah keturunan Tionghoa-Indonesia dari suku Hakka (Kejia).
Masa kecilnya, banyak
dihabiskan di Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Di desa
tersebut, ia menyelesaikan pendidikan sekolah menengah tingkat pertama.
Kemudian, ia hijrah ke
Jakarta dan melanjutkan sekolah menengah atas. Seusai tamat SMA, dilanjutkan
mencari ilmu di Fakultas Teknologi Mineral jurusan Teknik Geologi Universitas Trisaksi. Setelah selesai kuliah pada tahun
1989, ia pulang kampung dan menetap di Belitung sembari mendirikan perusahaan CV. Panda yang bergerak
di bidang kontraktor pertambangan PT. Timah
Dua tahun kemudian, ia melanjutkan
kuliah S-2 dengan konsentrasi manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya, Jakarta.
Setelah selesai, ia bekerja di PT. Simaxindo Primadaya Jakarta.
Perusahaan ini bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik.
Ia menjabat sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek di
perusahaan tersebut.
Pada tahun 1992, Ahok mendirikan
PT. Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS). Tiga tahun kemudian, ia
kembali bekerja di PT. Simaxindo Primadaya, kendati tidak lama. Akhirnya,
selepas keluar dari perusahaan tersebut, mendirikan pabrik di Dusun Burung
Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.
Pabrik pengolahan pasir kuarsa tersebut,
adalah yang pertama dibangun di Pulau Belitung,
dengan memanfaatkan teknologi Amerika dan Jerman. Lokasi pembangunan pabrik ini,
adalah cikal bakal tumbuhnya kawasan industri dan pelabuhan samudra, dengan
nama Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).
Pada akhir tahun 2004,
seorang investor Korea untuk membangun Tin Smelter
(peleburan bijih timah) di KIAK. Investor asing itu, tertarik
dengan konsep untuk menyediakan fasilitas komplek pabrik, maupun pergudangan
lengkap dengan pelabuhan bertaraf internasional di KIAK.
RIWAYAT
POLITIK
Pada tahun 2004, Ahok
terjun ke ranah politik dan menjadi dan ketua Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai
PIB) Kabupaten Belitung Timur. Pada Pemilu 2004, ia
mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan
terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.
Setahun kemudian, pada
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur periode 2010-2015,
Ahok mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur berpasangan dengan Khairul
Effendi, dariPartai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK).
Dalam pilkada tersebut, ia unggul dengan mengantongi suara 37,13 persen.
Pasangan Basuki-Khairul
ini unggul di Kabupaten Belitung Timur yang menjadi lumbung suara Partai Bulan Bintang (PBB) pada pemilu legislatif
tahun 2004.
Tak puas menjadi seorang
bupati, Ahok nekat mengundurkan diri
tepat baru setahun menjabat sebagai Bupati Kabupaten Belitung Timur. Ia
mengajukan pengunduran diri pada 11 Desember 2006 dan maju sebagai calon
Gubernur Bangka Belitung. Dan pada 22 Desember 2006, ia resmi menyerahkan
jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi.
Pada saat mencalonkan
diri sebagai Gubenur Bangka Belitung (Babel) tahun 2007, ia didukung oleh Alm. Gus
Dur. Mantan Presiden Indonesia tersebut, ikut berkampanye untuk Ahok. Bahkan Gus
Dur menyatakan bahwa "Ahok sudah melaksanakan program terbaik ketika
memimpin Belitung Timur dengan
membebaskan biaya kesehatan kepada seluruh warganya.” Namun, dalam pemilihan
tersebut ia harus menerima kekalahan dari Eko Maulana Ali
Pada Pemilihan
Legislatif periode 2009-2014, Ahok mencalonkan sebagai Anggota DPR. Dengan bergabung
bersama Partai Golkar, ia berhasil duduk di senayan membidangi Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat
KARAKTER
KEPEMIMPINAN
Selama memimpin Bupati
Belitung Timur, Ahok banyak bekerja untuk rakyat dan menegakan sistem birokrasi
yang anti korupsi. Atas kerjanya tersebut, pada 1 Februari 2007, Ahok memperoleh
penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari unsur penyelenggara negara yang
diberikan oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan; yang terdiri dari Masyarakat
Transparansi Indonesia, KADIN dan Kementerian
Negara Pemberdayaan Aparatur Negara.
Penghargaan itu
diberikan, karena Ahok berhasil menekan semangat korupsi pejabat pemerintah
daerah, dengan tindakannya mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk
kepentingan rakyat, dan untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan
pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur.
Selain itu, Ahok juga
menerima penghargaan sebagai International Visitor Leadership Program
Grassroots Demorcracy Campaigns and Elections dan US Depaartemen of Sate di
Amerika Serikat pada tahun 2008.
Kini Ahok sudah
dipastikan menjadi Wakil Gubenur DKI Jakarta bersama Gubernur Joko Widodo
periode 2013-2018. Ahok dan Jokowi, berhasil memenangkan Pilkada DKI Jakarta
setelah bertarung dua kali putaran. Pada putaran pertama, Jokowi—Ahok berhasil
mendapatkan suara 47% dan pada putaran kedua hampir 57%.
TIPS
MENJADI POLITISI ALA AHOK
Ahok juga memiliki tips
bagaimana seseorang ingin menjadi politisi yang baik. Dalam bukunya Mengubah
Indonesia BAB 13 ia menjelaskan, setelah menemukan partai politik anda yang
telah lulus diploma kembalilah ke kampung halaman untuk mendaftarkan diri
sebagai calon legislative.
Setelah itu, lakukanlah
pendidikan politik rakyat yang cerdas berdasarkan BTP (Bersih, Transparan
Profesional) bukan berdasarkan SARA (Suku, Agama, ras dan antargolongan).
Dengan melakukan pendidikan politik kepada rakyat, anda sesungguhnya telah
melakukan suara ‘fungsi nabi’ (prohhetical voices ) bukan political voice
(suara politik yang haram halal hantam) untuk meraih kemenangan.
Nah, bagaimana dengan
Anda yang akan terjun di pentas politik? Mau menjadi politisi penulis atau
politisi praktis pargmatis? Itu semua
pilihan Anda. Tapi ingat diantara dua pilihan itu, hanya ada satu yang benar
dan universal. Pikiran itu!
0 komentar:
Posting Komentar