Yang Muda Yang Mencari Jiwa (3)


JIWA-jiwa yang terus mencari cara dan mencari-cari ide adalah jiwa-jiwa yang kelak akan memiliki jiwa yang tahan banting dan kuat. Jiwa yang kokoh dari seorang penulis adalah betah dengan berbakti atas idenya, kreativitasnya, bukan dengan yang lain.

Mencari jiwa adalah mencari intisari hidup. Keretakan sebuah kehidupan, tidak akan bisa disambungkan kembali hanya dengan mempertemukan dua sisi yang bertikai, tanpa memahami jiwa-jiwanya masing. Seperti itulah juga, para belia yang ingin menulis.  Biarlah perttikaian ide itu, terus berlangsung dan jadikanlah pertikaian itu jiwamu dalam menulis. Pertikaian gagasan itulah, yang akan menjadi warna tulisanmu. Bisa lebih dinamis, lebih heroik, lebih bergizi dan padat karya. Padat isinya dan karyanya padat dengan isi yang menyemaikan pertaruhan masa depan yang diharapkan bisa lebih kekal.


Jiwa muda, selalu menghadirkan pemberontakan. Kadang pecah semua jendela dan pintu hati, sampai tak mudah untuk menghadirkan kembali kenyamanan diruang hati yang menjadi sumber inspirasi itu. Hati adalah perpustakaan yang hidup bagi seorang penulis. Hati adalah update informasi yang setiap detik mengirimkan pesan mengirimkan inbox kedalam hati sang penulis untuk terus melanjutkan tulisan, berhenti sejenak, atau terus tiada henti sampai proses kepenulisan selesai.

Siapa sekarang yang bisa menjaga pintu hati itu, selain para belia sendiri yang menjaganya 24 jam tanpa kecolongan sedikitpun. Hati yang sudah terbiasa berdialektika, berdialog dan menghadirkan kesunyian akan melahirkan karya yang hening dan khusyu. Hati yang sudah terbiasa berdialod dengan berbagai macam impian dan heroisititas, akan memunculkan karya yang heroik dan memicu adrenalin dalam karyanya.

Persoalan sekarang, ketika jiwamu hadir, berdialog apakah hati itu denganmu. Jangan biarkan hati itu kering, sementara pikiranmu setiap hari berjalan 24 jam tanpa henti. Sesekali perlu relaksasi. Keutuhan membaca diri, sekali lagi, adalah peluang memperolah apa yang dicari bisa didapat lebih cepat.

Pencarian jiwa dengan menghadirkan hati yang matang, ibarat masakan seorang koky yang sudah pandai meracik menu, kendati harus banyak menu yang dihidangkan. Seorang penulis yang sudah terbiasa jiwanya meracik kata dan mencari ide, akan melahirkan karya yang sama enaknya, kendatipun dengan peralatan yang berbeda-beda.

Mencari jiwa dalam menulis, adalah menghadirkan kejujuran intuiti, untuk sebuah kepastian konsep yang akan dituangkan dalam sebuah tulisan. Barangkali, apa yang aku maksudkan masih belum bisa dicerna dengan matang, karena bahasaku menulis memang apa adanya sesuai dengan gagasan yang mengalir.

Namun, ketika para belia mampu menghadirkan hati dengan sakral, maka pintu kesucian tulisan akan datang tanpa diundang. Setiap hari penuh sesak dengan gagasan untuk menulis. Bahkan, hebatnya ketika jiwa sudah hadir untuk menulis, sampai ada di WC pun gagasan itu mengalir terus tak bisa dibendung.

Yakinlah, tulisan yang original keluar dari hati nuraninya, itulah keunggulan tulisan anda. Aku juga kadang bingung, mengapa aku harus menuliskan ini dengan cara bahasa yang mungkin tidak dimengerti langsung oleh pembaca. Tapi aku tak kuasa membendung, inilah yang harus aku tulis apa adanya. Pikiranku hanya mengedit agar tulisan ini enak dibaca tanpa menghilangkan sedikitpun buah karya hati dan jiwa yang sebenarnya.

Dari ketiga tulisan yang aku buat, aku sebenarnya ingin mengajak kepada pembaca blog ini, bahwa untuk menjadi seorang penulis, apalagi bagi yang muda adalah berani mencari, berani mencari cara, dan berani menghadirkan jiwa, sehingga menghadirkan tulisan yang berharga. Kalaupun tulisanmu kelak menghasilkan uang seperti mereka, maka itu adalah penghargaan duniamu yang layak diperoleh. Tapi ingat pula, penghargaan dunia tak lama dituai dan jangan membuat lama terbuai. Itu hanya sebentar. Tapi bagaimana membuat tulisan baik buku ilmiah, fiksi, novel, cerpen maupun yang lainnya, bisa menjadi bacaan generasi beberapa tahun kedepan.

Menghasilkan karya monumental dengan menulis melalui tahapan yang aku tulis tadi, ini bukan hasil dari penelitian ilmiah atau kamu sedang mendapatkan pengarahan dari seorang guru penlis professional. Sekali lagi, ini adalah kata hatiku. Aku terinspirasi untuk membuat tulisan yang bisa bermanfaat bagi semuanya.

0 komentar:

 
© Copyright 2035 Terapi Menulis
Theme by Yusuf Fikri